Rabu, 23 Mei 2012


BAB I  
PENDAHULUAN

jaypost

A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap orang yang lahir dengan normal pasti dilengkapi dengan kemampuan mendengarkan. Burhan (1971:81) menjelaskan, bahwa “Kemampuan dasar dapat mendengarkan dibawa sejak lahir dan akan berkembang melalui proses belajar. Proses belajar yang dilaluinya itu akan menjadikan yang bersangkutan memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif.” Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mendengarkan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran  seperti kemampuan-kemampuan berbahasa yang lainnya yaitu kemampuan berbicara, membaca, dan menulis.
Beberapa penelitian menyimpulkan, Burhan (1971:83) menyatakan bahwa “Pada umumnya orang setiap hari menggunakan waktu komunikasinya 45% untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis.” Tompkins dan Hoskisson (1991:121) menyatakan bahwa “Seseorang menggunakan waktu komunikasinya 50% untuk mendengarkan dan 50% untuk berbicara, membaca, dan menulis.” Goleman (2001:224) mengatakan bahwa “Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menaksir dari seluruh waktu yang disediakan untuk berkomunikasi, 22 % digunakan untuk membaca dan menulis, 23 %  untuk bicara, dan 55 % untuk mendengarkan” Hasil penelitian di atas menunjukkan  bahwa waktu yang digunakan untuk berkomunikasi 50% untuk mendengarkan. Waktu yang digunakan untuk menyimak lebih banyak apabila  dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbicara, membaca, dan menulis.             
Peranan kemampuan mendengarkan yang baik dalam berbagai kehidupan nyata sangat penting. Burhan (1971:82) menjelaskan, ”Kepandaian mendengarkan penting sekali peranannya dalam kehidupan manusia. Dalam lapangan apapun kita bekerja dan perbuatan kita sehari-hari akan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita dengar daripada yang kita lihat dan kita rasakan.”  Selanjutnya dijelaskan (hal. 83) bahwa “ Seorang buruh yang tidak pandai mendengarkan petunjuk dari majikannya akan merugikan perusahaan. Pengusaha yang tidak pandai menyimak perkembangan perekonomian akan sukar untuk maju.”
Goleman (2001:224) menyimpulkan bahwa “Kemampuan mendengarkan yang baik diperlukan secara mutlak demi keberhasilan suatu pekerjaan. Hasil suatu pekerjaan dapat jauh lebih baik jika kita menyimak dan menghargai sudut pandang lawan bicara.”
Schilling [2 Januari 2006]  menyatakan bahwa kemampuan mendengarkan yang efektif sangat membantu dalam membangun hubungan dan karir; memahami dan memecahkan masalah/konflik; mengembangkan akal dan rasa percaya diri; serta menyelamatkan uang dan pernikahan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan menyimak yang efektif mutlak diperlukan dalam kehidupan nyata.
Peranan kemampuan mendengarkan yang efektif dalam pendidikan pun sangat penting. Burhan (1971:83) menjelaskan bahwa “Pelajar atau mahasiswa yang tidak pandai mendengarkan pelajaran/kuliah yang diberikan guru/dosennya akan mendapat kesukaran dalam mengikuti pelajarannya itu, bahkan besar sekali  kemungkinannya  gagal bagi mereka.” Dalam proses pembelajaran mata pelajaran apapun akan terjadi komunikasi  antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Selama proses komunikasi berlangsung baik siswa maupun guru akan menggunakan kemampuan mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Siswa harus dapat  menangkap dan memahami dengan benar informasi  yang disampaikan oleh guru atau siswa yang lainnya.
Siswa yang tidak  memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif akan salah memahami atau menafsirkan informasi tersebut. Akibatnya  siswa  akan memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Burhan (1971:83) menjelaskan bahwa “Kemampuan mendengarkan sangat penting dalam kehidupan anak di masyarakat dalam jabatan apapun dia bekerja.” Itulah sebabnya, kemampuan mendengarkan yang baik mutlak dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar untuk  mempelajari berbagai  pengetahuan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan yang efektif mutlak diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya.
Burhan (1971:82) menjelaskan,”...sudah pada tempatnya faktor pandai mendengarkan mendapat perhatian yang sepatutnya di sekolah. Kemampuan dasar mendengarkan yang telah dibawa si anak sejak lahir harus dikembangkan dengan sebaik-baiknya.” Guru bahasa Indonesia pun selayaknya memberikan perhatian yang lebih terhadap pembelajaran mendengarkan daripada pembelajaran kemampuan berbahasa yang lain.
 Schilling (2 Januari 2009) menjelaskan bahwa pembelajaran mendengarkan jarang diajarkan di sekolah. Guru beranggapan bahwa kemampuan mendengarkan yang dapat dimiliki secara otomatis, tanpa diajarkan pun siswa pasti akan memilikinya.
Hasil Program Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP) yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat tahun 2007 diperoleh data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah yang dilakukan oleh guru SD, SMP, SMA, dan SMK sebagai berikut. Bahwa kompetensi dasar kemampuan mendengarkan sering dilupakan untuk dibelajarkan kepada siswanya dengan beberapa alasan. Pertama, kompetensi dasar mendengarkan tidak diteskan baik pada ulangan harian, ulangan umum, atau ujian nasional. Kedua, pelaksanaan pembelajaran mendengarkan tidak menarik dan membosankan siswa. Sebab pembelajarannya  bersifat monoton, siswa mendengarkan teks yang dibacakan oleh  guru atau diperdengarkan melalui tape recorder. Ketiga pembuatan bahan ajar mendengarkan membutuhkan alat perekam, sedangkan  alat tersebut belum tentu dimiliki oleh setiap sekolah. Keempat,  guru bahasa Indonesia belum terlatih  atau belum terbiasa membuat bahan ajar yang berupa rekaman.
Proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh guru di kelas adalah untuk menyampaikan materi pembelajaran yang tertulis dalam buku sumber melalui metode ceramah dan atau tanya jawab. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah berupa pengetahuan yang tertulis dalam buku sumber tersebut yang berupa informasi, konsep, atau teori tentang konsep mendengarkan. Instrumen evaluasi pembelajaran mendengarkan yang digunakan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan tentang konsep mendengarkan, bukan menuntut siswa untuk meningkatkan kemampuan mendengarkannya.
Berdasarkan uraian fakta di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswanya dalam pembelajaran mendengarkan hanya untuk meningkatkan kemampuan menghapal, bukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan.  
Kita pun telah mengetahui bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:10) menjelaskan bahwa ”Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.” Ini berarti bahwa pembelajaran di sekolah harus bermakna bagi siswa. Maksudnya adalah bahwa pembelajaran harus sebagai upaya guru dalam memberikan bekal bagi siswa untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Kita pun tahu bahwa dalam (Sisdiknas, 2003:psl.40) menjelaskan bahwa “guru berkewajiban menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.” 
Berdasarkan tuntutan BSNP dan Sisdiknas, (2003:psl.40) di atas, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswanya untuk meningkatkan kemampuan berpikir deduktif dan induktif serta meningkatkan kemampuan cara memperoleh pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang berprestasi adalah siswa  yang memiliki kemampuan berpikir deduktif dan induktif serta memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya pada masa kini dan yang akan datang.   
Penjelasan tentang kondisi nyata pembelajaran di sekolah dengan tuntutan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Sistem Pendidikan Nasional terdapat kesenjangan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar. Oleh karena  itu penulis merasa sangat perlu untuk memberikan pembekalan kepada teman-teman guru sekolah dasar kelas tinggi tentang konsep mendengarkan dan konsep pembelajaran mendengarkan, serta rancangan pembelajaran mendengarkan agar teman-teman guru memiliki konsep pembelajaran sesuai dengan tuntutan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Sistem Pendidikan Nasional dan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir deduktif dan induktif serta memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya pada masa kini dan yang akan datang.    
Uraian di atas menunjukkan adanya  kesenjangan antara kebutuhan siswa untuk memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif dengan layanan yang kurang memadai yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. Kesenjangan tersebut menimbulkan masalah bagi pembelajaran mendengarkan. Pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh guru belum mampu menarik minat dan membangkitkan motivasi siswa, sehingga efektivitas pembelajaran dan hasil belajar mendengarkan belum meningkat.
Oleh karena  itu penulis merasa sangat perlu untuk memberikan pembekalan kepada teman-teman guru sekolah dasar kelas tinggi tentang konsep mendengarkan dan konsep pembelajaran mendengarkan, serta rancangan pembelajaran mendengarkan agar teman-teman guru memiliki konsep pembelajaran sesuai dengan tuntutan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Sistem Pendidikan Nasional dan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir deduktif dan induktif serta memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya pada masa kini dan yang akan datang.    

Rounded Rectangle: B. Alokasi Waktu 

                       
            Adapun waktu yang dibutuhkan untuk memahami konsep-konsep dalam modul ini  adalah sebagai berikut.
No.
Waktu
Kegiatan
1.







2.










4.



5.

6.

6.
7.
30 menit







4X45 menit










3X45 menit



2X35 menit

3X 45

10 menit
5 menit
Kegiatan Pendahuluan
  • Melakukan orientasi kelas
  • Melakukan tanya jawab tentang konsep mendengarkan, konsep pembelajaran mendengarkan, dan konsep rancangan pembelajaran mendengarkan yang telah dikuasai dan dilaksanakannya di sekolah.
Kegiatan Inti
  • Melakukan pembentukan tiga kelompok dan pembagian materi:
1. kelompok  konsep mendengarkan
2. kelompok konsep pembelajaran  
    mendengarkan,
3. kelompok rancangan    
    pembelajaran mendengarkan.
  • Melakukan diskusi kelompok.
  • Melakukan presentasi kelas

Menugasi kelompok  menyusun  silabus dan RPP pembelajaran mendengarkan

Mempraktikan RPP dan dilakukan pengamatan

b.   Mendiskusikan hasil pengamatan.

Menyimpulkan hasil kegiatan
Melakukan refleksi

Rounded Rectangle: C. Tujuan 


                  Modul ini disusun dengan tujuan agar teman-teman guru memiliki pemahaman tentang:
1.  konsep mendengarkan
2.  konsep pembelajaran mendengarkan
3.    rancangan pembelajaran mendengarkan.

Rounded Rectangle: D. Sasaran 


            Sasaran modul ini adalah guru-guru sekolah dasar  anggota KKG dari 16 propinsi dan 75 kabupaten sebagai peserta program BERMUTU.






BAB II
MATERI PEMBELAJARAN MENDENGARKAN

Oval: A. KONSEP MENDENGARKAN 


1. Pengertian Mendengarkan 

            Burhan (1971:81) sebagai berikut.  “Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.” Dalam konsep tersebut terdapat  tiga tahapan proses mendengarkan. Ketiga tahapan proses mendengarkan itu adalah sebagai berikut.
  1. Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
  2. Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
  3. Tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya merupakan tahapan awal. Tahap ini sangat penting untuk menentukan keberhasilan mendengarkan. Karena itu, pada tahap ini dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, agar hasil dengaran sesuai dengan apa yang disampaikan oleh orang lain kepadanya. Selanjutnya, hasil dengaran tersebut harus dipahami,  lalu diterjemahkan dengan kata-kata sendiri dengan tujuan agar mudah diingat.  Oleh karena itu, tahapan berikutnya adalah mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.


Rounded Rectangle: 2. Tujuan Mendengarkan  

                       
               Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkomunikasi lisan dengan orang lain untuk berbagai tujuan. Dalam komunikasi tersebut kita akan menyampaikan dan menerima informasi. Proses menyampaiakan informasi secara lisan disebut berbicara. Sedangkan proses menerima informasi disebut mendengarkan. Tujuan orang melakukan mendengarkan bermacam-macam.Tarigan, (1981:14) menjelaskan  tujuan mendengarkan tersebut adalah untuk:   
1.    memperoleh informasi yang ada hubungan  dengan profesi.
2.    meningkatkan keefektifan berkomunikasi.  
3.    mengumpulkan data untuk  membuat keputusan.
4.    memberikan respon yang tepat,
Selain itu, Tarigan (1972: 42) menjelaskan tujuan mendengarkan yang lain yaitu untuk:
1.    memperoleh pengetahuan secara langsung atau melalui radio/ televisi.
2.    menikmati keindahan audio yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
3.    mengevaluasi hasil dengaran.  
4.    mengapresiasi bahan dengaran agar dapat menikmati serta menghargainya.

Tujuan   Mendengarkan menurut Standar Isi

     Dalam Permen no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi  terdapat tujuan mendengarkan bagi siswa sekolah dasar. Tujuan tersebut terimplisit dalam Standar Kompetensi. Untuk mengetahui tujuan mendengarkan bagi siswa sekolah dasar, berikut ini penulis kutipkan standar kompetensi di atas.
Standar Kompetensi
1.    Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk denah.
2.    Mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun 
3.    Memahami  penjelasan narasumber dan cerita rakyat  secara lisan
4.    Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
5.    Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan
6.    Memahami wacana lisan tentang berita  dan drama pendek 
Berdasarkan standar kompetensi di atas dapat dijelaskan tujuan  pembelajaran mendengarkan bagi siswa sekolah dasar adalah untuk memahami:
1.    penjelasan tentang petunjuk denah
2.    pengumuman dan  berita 
3.    penjelasan narasumber dan cerita rakyat  secara lisan
4.    cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak
5.    teks dan cerita anak, pantun, yang dibacakan
6.    wacana lisan tentang  dan drama pendek 

Rounded Rectangle: 3. Jenis-Jenis Mendengarkan
 


Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengarkannya dan diperoleh dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif.



Rounded Rectangle: a. Mendengarkan Ekstensif 


               Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat  jenis kegiatan mendengarkan ekstensif yang  meliputi mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasip.
 a) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya.
b)  Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.
c)  Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya.
d)  Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah. Sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa disadari kita dapat  mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi, kenyataannya orang tersebut mampu menggunakan bahasa bahasa daerah dengan baik.

Rounded Rectangle: 2. Mendengarkan Intensif 


Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Mendengarkan intensif  adalah mendengarkan pemahaman  yaitu proses mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik. Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak social, dan sebagainya.
Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan.
            Cara yang dapat dilakukan agar kita dapat mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi adalah kita harus mampu menjaga pikiran agar tidak terpecah dan perasaan agar tenang, serta menjaga perhatian agar terpusat pada makna pembicaraan serta menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu.
Rounded Rectangle: 4. Tahapan Mendengarkan 


Tarigan, (1990: 58) menjelaskan tahapan-tahapan mendengarkan yaitu tahapan mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya. 
Rounded Rectangle: 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mendengarkan  



           Tarigan, (1986: 99-107) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan mendengarkan yaitu faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, dan yang lainnya. Telinga yang kurang sehat karena penyakit atau ketuaan akan mempengaruhi proses mendengarkan. Begitu juga bila kita berprasangka buruk atau  kurangnya simpati terhadap pembicara; egois terhadap masalah pribadi; berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan; kebosanan atau kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan; dan sikap tidak senang terhadap pembicara akan mempengaruhi proses mendengarkan.
   Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas terhadap isi pembicaraan dan ditambah dengan penguasaan kosa kata yang lebih akan dapat melakukan proses mendengarkan dengan baik. Sikap sikap menerima atau sikap menolak akan mempengaruhi proses mendengarkan. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif. Apabila seseorang yang memiliki motivasi yang kuat untuk mengerjakan sesuatu,  maka dapat diharapkan hasilnya sangat memuaskan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam proses mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian diri. Bila  kita menilai bahwa isi pembicaraan itu berharga bagi kita, maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
            Gaya mendengarkan seorang pria berbeda dengan gaya seorang peremuan. Gaya mendengarkan orang pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan seorang perempuan pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi. Karena itu, jenis kelamin dapat mempengaruhi proses mendengarkan.

Rounded Rectangle: B. KONSEP PEMBELAJARAN  MENDENGARKAN

 



      Rounded Rectangle: 1. Konsep Pembelajaran Mendengarkan

                                                                                     

Teman-teman guru yang budiman, sudah kita ketahui bahwa Departemen Pendidikan Nasional (2002b:13) menjelaskan bahwa kompetensi dasar merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi lisan (menyimak dan berbicara) dan berkomunikasi tertulis (membaca dan menulis). Kompetensi ini harus dimiliki dan dikembangkan secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami.
Urian di atas dapat dijelaskan bahwa kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan adalah kompetensi berkomunikasi menerima informasi yang harus dikuasai oleh siswa. Proses penguasaan dan pengembangan kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan tersebut dilakukan oleh siswa secara terus-menerus dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh siswa harus merupakan proses pemahiran mendengarkan yang dilatihkan dan dialami. Ini berarti bahwa konsep pembelajaran mendengarkan  yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Departemen Pendidikan Nasional (2002c:3-5) menjelaskan bahwa pembelajaran hendaknya dirancang mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahamannya.  Karena itu tanggung jawab belajar berada pada diri siswa. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mampu mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu konsep pembelajaran mendengarkan harus memberikan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari dan dunia kerja yang  terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pembelajaran secara berkelompok akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan siswa sekelompoknya atau kelompok lain. Mereka saling mengkomunikasikan gagasannya yang dapat mempertajam, memperdalam, dan memantapkan gagasannya. Pembelajaran secara berkelompok memungkinkan siswa bersosialisasi mau menghargai perbedaan pendapat, sikap, dan kemampuan, serta melatih kerjasama dan berkomunikasi secara empati. Oleh karena itu, konsep pembelajaran mendengarkan haruslah dilakukan secara berkelompok.
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:3) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu, konsep pembelajaran mendengarkan harus disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa konsep pembelajaran mendengarkan dapat disusun sebagai berikut.
1.    Konsep pembelajaran mendengarkan  yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
2.    Konsep pembelajaran mendengarkan harus memberikan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari dan dunia kerja yang  terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari.
3.    Konsep pembelajaran mendengarkan haruslah dilakukan secara berkelompok.
4.    Konsep pembelajaran mendengarkan harus disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Rounded Rectangle: 2. Karakteristik Pembelajaran Mendengarkan 



            Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi Oleh karena itu, pembelajaran mendengarkan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi, lisan. Pembelajaran berkomunikasi secara lisan adalah pembelajaran berbicara dan pembelajaran mendengarkan. Sedangkan berkomuniasi secara tertulis adalah pembelajaran menulis dan pembelajaran membaca.
Pembelajaran berkomunikasi bila dilihat dari keaktipan berbahasanya diperoleh dua jenis pembelajaran berkomunikasi yaitu pembelajaran menerima infomasi dan pembelajaran menyampaikan infomasi. Pembelajaran menerima infomasi terdiri atas dua pembelajaran yaitu pembelajaran mendengarkan dan pembelajaran membaca disebut penbelajaran bahasa pasip. Pembelajaran menyampaikan infomasi terdiri atas dua pembelajaran yaitu pembelajaran berbicara dan pembelajaran menulis disebut penbelajaran bahasa aktip.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kerekteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran bahasa lisan yang bersifat  menerima informasi/ pembelajaran berbahasa pasip. Pembelajran berbahasa pasip itu meliputi mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
Rounded Rectangle: 3. Kriteria Pemilihan dan Penyusunan
    Bahan Pembelajaran Mendengarkan



           


Departemen Pendidikan Nasional (2002c:3-5) menjelaskan bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar jika  disediakan materi baru  atau gagasan yang asli atau baru dan berbeda dengan yang telah dimilikinya. Keaslian atau kebaruan ini akan mempengaruhi prestasi belajar. Tugas yang menantang akan meningkatkan motivasi belajar siswa.  Tugas yang menantang adalah  tugas yang sedikit melebihi kemampuan siswa. Sebaliknya, jika tugas terlalu sulit (jauh dari kemampuan siswa) akan menimbulkan kecemasan,  dan bila terlalu mudah (di bawah kemampuan siswa) akan menimbulkan kebosanan. Siswa akan termotivasi untuk belajar, jika materi yang dipelajarinya disampaikan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya, sehingga pembelajaran dapat dinilai dengan tepat.
Dalam kutipan di atas terdapat pernyataan yang dapat digunakan sebagai kriteria pemilihan dan atau penyusunan bahan pelajaran mendengarkan. 
Pernyataan-pernyataan tersebut adalah sebagai berikut. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika  disediakan materi baru  atau gagasan yang asli atau baru dan berbeda dengan yang telah dimilikinya. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi terbaru atau informasi yang up to date  yang berbeda dengan informasi-informasi yang telah dipelajarinya. Keaslian atau kebaruan ini akan mempengaruhi prestasi belajar.
Tugas yang menantang akan meningkatkan motivasi belajar siswa.  Tugas yang menantang adalah  tugas yang sedikit melebihi kemampuan siswa. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi yang berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa.
Siswa akan termotivasi untuk belajar, jika materi yang dipelajarinya disampaikan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran mendengarkan haruslah dengan tingkat perkembangan kognitifn siswa.
Departemen Pendidikan Nasional (2002a:5) menjelaskan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari oleh siswa dengan situasi dunia nyata siswa. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi dunia nyata siswa atau pengalaman nyata siswa.
Badan Standar Nasional Pendidikan,(2006:3) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran mendengarkan haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pembelajaran mendengarkan harus memiliki kriteria sebagai berikut.
1.      Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi terbaru atau informasi yang up to date  yang berbeda dengan informasi-informasi yang telah dipelajarinya.
2.    Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi yang berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa.
3.    Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah setaraf dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
4.    Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi dunia nyata siswa atau pengalaman nyata siswa.
5.    Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Rounded Rectangle: 4. Metode Pembelajaran Mendengarkan 



 



Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:3) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.  Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai melalui kompetensi dasar dari Standar Isi. Sedangkan, kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik dapat dicapai dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kompetensi dasar Standar Isi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik (misalnya membuat tape) dan kompetensi dasar dari Standar Isinya adalah mendengarkan penjelasan tentang petunjuk, maka kompetensi dasar yang disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya menjadi sebagai berikut.
Kompetensi Dasar
Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk membuat tape.
Selanjutnya, kompetensi dasar tersebut dikembangkan menjadi indikator.
Indikator
1.    Mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar.
2.    Menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat.
3.    Menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang
      lain.         
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa adalah pertama siswa harus mampu mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar. Kemudian, siswa diminta untuk menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat. Selanjutnya, siswa ditugasi untuk menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tersebut adalah teknik pembelajaran. Rangkaian dari teknik pembelajaran tersebut merupakan metode. Metode yang terdapat dalam rangkaian teknik tersebut  adalah metode penemuan atau inkuiri.
Mengapa metode inkuiri? Sekarang kita perhatikan penjelasan berikut ini.
Ketika siswa mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar, maka siswa dituntut untuk menemukan pokok-pokok petunjuk. Selanjutnya, temuan siswa tersebut yaitu pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar, selanjutnya siswa menguji temuannya itu melalui indikator kedua yaitu menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat. Bila pengujian tersebut dinyatakan benar, selanjutnya siswa ditugasi mengerjakan indikator yang ketiga yaitu untuk menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas siswa sedang melakukan proses penemuan pokok-pokok  petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar. Selanjutnya, pokok-pokok  petunjuk membuat tape diujinya melalui kegiatan yang tertulis pada indikator kedua. Setelah hasil pengujian terhadap penemuan itu dinyatakan benar, selanjutnya, siswa melakukan kegiatan yang tertulis pada indikator  ketiga yaitu menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain. Dengan demikian, maka metode yang digunakan untuk mencapai kompetensi dasar di atas adalah metode inkuiri atau metode penemuan.

Rounded Rectangle: 5. Penentuan Media 
    Pembelajaran Mendengarkan
 



               Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar.  Oleh karena itu, penentuan media pembelajaran selalu berkaitan dengan kompetensi dasar. 
Untuk itu, berikut ini penulis akan mengutipkan kembali kompetensi dasar di atas sebagai berikut. Kompetensi dasar “Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk membuat tape”. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tersebut guru memperdengarkan lebih dahulu petunjuk membuat tape. Media yang digunakan untuk memperdengarkan petunjuk membuat tape dapat melalui pembacaan langsung oleh guru atau melalui tape rekorder.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditentukan bahwa media pembelajaran yang digunakan untuk menguasai kompetensi dasar tesebut adalah guru yang bersangkutan atau tape rekorder. Begitulah cara yang kita gunakan untuk menentukan media pembelajar.
Karakteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran berbahasa lisan yang bersifat pasip atau menerima informasi. Media yang dapat digunakan untuk itu adalah alat ucap guru atau siswa atau rekaman yang dibuat oleh guru untuk kepentingan pembelajaran tersebut.

Rounded Rectangle: 6. Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan



 


              
Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dialami oleh siswa dan dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.” Dalam penjelasan di atas terdapat dua hal yang sangat penting yaitu pertama Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dialami oleh siswa Kedua, Indikator dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Oleh karena itu,  penilaian pembelajaran mendengarkan haruslah merupakan kegiatan berkomunikasi sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat dan sesuai dengan indikator. Oleh karena itu, alat penilaian yang dibuat oleh guru merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat dan relevan denga indikator.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita tentukan kriteria penilaian pembelajaran mendengarkan sebagai berikut.
1.    Alat penilaian harus merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
2.    Alat penilaian harus mengukur indikator


















BAB III 
RANCANGAN PEMBELAJARAN  MENDENGARKAN

1.    Penjabaran  Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
a.       Kompetensi Dasar
Teman-teman guru sudah kita ketahui bahwa Departemen Pendidikan Nasional (2002b:13) menjelaskan bahwa kompetensi dasar merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi lisan (menyimak dan berbicara) dan berkomunikasi tertulis (membaca dan menulis). Kompetensi ini harus dimiliki dan dikembangkan secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami.
Urian di atas dapat dijelaskan bahwa kompetensi dasar adalah kompetensi berkomunikasi yang harus dikuasai oleh siswa. Proses penguasaan dan pengembangan kompetensi dasar tersebut dilakukan oleh siswa secara terus-menerus dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa harus merupakan proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami. Ini berarti bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa kompetensi dasar adalah kompetensi berkomunikasi yang harus dikuasai oleh siswa melalui kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.



b.      Indikator
Kompetensi berkomunikasi di atas dapat dicapai oleh siswa melalui proses pembelajaran secara bertahap.  Tahapan-tahapan pembelajaran tersebut merupakan serangkaian indikator. Mengapa demikian Teman-teman guru? Kita telah mengetahui bahwa Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.”
Pendapat tersebut terdapat dua hal penting yaitu pertama adalah indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik. Ini berarti bahwa untuk menguasai indikator tersebut  siswa harus melakukan kegiatan berkomunikasi sebagaimana yang tertulis pada indikator dan yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat. Selain itu,  kegiatan berkomunikasi yang dilakukan oleh siswa secara spesifik. Maksud kegiatan berkomunikasi secara spesifik adalah topik komunikasinya harus spesifik.  
Hal penting kedua adalah indikator dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Dengan kata lain, bahwa indikator itu merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa selama dan sesudah proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa apabila seorang siswa mampu melakukan indikator dan setelah dinilai dia memperoleh skor sesuai dengan atau lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka siswa tersebut dinyatakan telah mampu mencapai kompetensi dasar tersebut. Itulah sebabnya, Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa indikator  dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa indikator merupakan urutan kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat untuk mencapai kompetensi dasar.
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa urutan indikator yang akan disusun oleh guru harus merupakan urutan kegiatan pembelajaran berbahasa siswa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.  Urutan kegiatan pembelajaran tersebut untuk mencapai kompetensi dasar dan sekaligus merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sebagai tolok ukur untuk menilai ketercapaian hasil belajar.
Dengan berpedoman pada penjelasan di atas penulis akan menjabarkan beberapa kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan sebagai berikut.
Kompetensi  dasar kelas IV: Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk. 
Urutan indikator yang merupakan urutan kegiatan berbahasa yang akan dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar, “mendengarkan penjelasan tentang petunjuk” dan sekaligus merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sebagai tolok ukur untuk menilai ketercapaian hasil belajar adalah sebagai berikut. 
4.    Mencatat pokok-pokok petunjuk sesuai dengan yang didengar.
5.    Menuliskan isi petunjuk  ke dalam beberapa kalimat.
6.    Menyampaikan isi petunjuk dengan tepat kepada orang lain.
Teman-teman guru yang berbahagia telah kita ketahui bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:3) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai melalui kompetensi dasar dari Standar Isi yang selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa indikator.
Kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik suatu daerah hakikatnya adalah cara mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut. Sebagai contoh, bila suatu daerah disebut sebagai daerah pertanian, maka cara mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut adalah bertani. Bila suatu daerah disebut sebagai daerah perindustrian, maka cara mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut adalah sebagai karyawan industri tersebut. Bila suatu daerah disebut sebagai daerah perikanan, maka cara mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut adalah mencari atau membudidayakan ikan.
Tidak mustahil bila anggota masyarakat yang merupakan orang tua siswa  ketika mencari nafkah mengajak anak-anaknya. Maka, kegiatan  mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut merupakan pengalaman nyata siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik suatu daerah merupakan pengalaman hidup siswa.
Kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik yang merupakan pengalaman hidup siswa dapat dicapai dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kompetensi dasar dan indikator. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kompetensi dasar dan indikator di atas akan menjadi sebagai berikut. Kompetensi dasar: Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk, akan menjadi: Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk memelihara bibit ikan (bagi daerah perikanan) atau  mendengarkan penjelasan tentang petunjuk membuat tape (bagi daerah industri tape). Begitu juga indikatornya harus mengikutinya, maka indikatornya akan menjadi sebagai berikut.
1.    Mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape atau memelihara ikan sesuai dengan yang didengar.
2.    Menuliskan isi petunjuk membuat tape atau memelihara ikan ke dalam beberapa kalimat.
3.    Menyampaikan isi petunjuk membuat tape atau memelihara ikan dengan tepat kepada orang lain.


2.    Penentuan Materi dan Pemilihan Bahan Ajar
Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.” Uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik tersebut  di dalamnya terdapat materi pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi yang harus dikuasai oleh siswa melalui pembelajaran. Materi tersebut sudah tertulis dalam kompetensi dasar dan indikator. Selanjutnya, materi pembelajaran tersebut dikembangkan oleh guru menjadi bahan ajar.
Berikut ini penulis kutipkan kembali kompetensi dasar dan indikator di atas sebagai alat bagi teman-teman guru untuk menentukan materi dan mengembangkannya menjadi bahan ajar. Kompetensi dasar: Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk memelihara bibit ikan atau membuat tape. Indikatornya: 1) Mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape atau memelihara ikan sesuai dengan yang didengar. 2) Menuliskan isi petunjuk membuat tape atau memelihara ikan ke dalam beberapa kalimat. 3) Menyampaikan isi petunjuk membuat tape atau memelihara ikan dengan tepat kepada orang lain.
Di dalam kompetensi dasar dan indikator tersebut terdapat materi yang harus dipelajari oleh siswa yaitu  petunjuk memelihara bibit ikan atau membuat tape. Bahan ajarnya adalah teks yang diperdengarkan melalui tape rekorder atau dibacakan oleh guru atau siswa.

3.    Penentuan metode
Teman-teman guru yang berbahagia, di atas telah dijelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar,” (Depdiknas,2003b:13). Dengan kata lain, bahwa untuk menguasai indikator tersebut siswa harus melakukan kegiatan berkomunikasi sebagaimana yang tertulis pada indikator dan dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat. “Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis,” (Depdiknas,2003b:5).  Kegiatan berkomunikasi tersebut merupakan tahapan-tahapan pembelajaran inti yang harus dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa urutan indikator merupakan tahapan pembelajaran inti yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi dasar.
Sebagai contoh, berikut ini dikutipkan lagi kompetensi dasar dan indikator di atas sebagai berikut.
Kompetensi Dasar
Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk membuat tape.
Indikator
1.    Mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar.
2.    Menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat.
3.    Menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain.  
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa adalah pertama siswa harus mampu mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar. Kemudian, siswa diminta untuk menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat. Selanjutnya, siswa ditugasi untuk menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tersebut adalah teknik pembelajaran. Rangkaian dari teknik pembelajaran tersebut merupakan metode. Metode yang terdapat dalam rangkaian teknik tersebut  adalah metode penemuan atau inkuiri. Mengapa metode inkuiri? Sekarang kita perhatikan penjelasan berikut ini.
Ketika siswa mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar, maka siswa dituntut untuk menemukan pokok-pokok petunjuk. Selanjutnya, temuan siswa tersebut yaitu pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan  yang didengar, selanjutnya siswa menguji temuannya itu melalui indikator kedua yaitu menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat. Bila pengujian tersebut dinyatakan benar, selanjutnya siswa ditugasi mengerjakan indikator yang ketiga yaitu untuk menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas siswa sedang melakukan proses penemuan pokok-pokok  petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar. Selanjutnya, pokok-pokok  petunjuk membuat tape diujinya melalui kegiatan yang tertulis pada indikator kedua. Setelah hasil pengujian terhadap penemuan itu dinyatakan benar, selanjutnya, siswa melakukan kegiatan yang tertulis pada indikator  ketiga yaitu menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain. Dengan demikian, maka metode yang digunakan untuk mencapai kompetensi dasar di atas adalah metode inkuiri atau metode penemuan.

4.    Pengembangan Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran mendengarkan sama dengan langkah-langkah pembelajaran aspek berbahasa yang lainnya yaitu aspek berbicara, membaca, atau pun menulis. Langkah-langkah pembelajaran tersebut meliputi pembelajaran tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup.

a.     Pembelajaran Tahap Pendahuluan
Dalam pembelajaran tahap pendahuluan siswa diajak untuk memahami kompetensi dasar yang akan dicapai dan memahami indikator yang akan dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Selanjutnya siswa ditugasi untuk  memahami atau menemukan sendiri manfaat memiliki kemampuan mendengarkan yang tertulis dalam kompetensi dasar dan manfaat melakukan kegiatan mendengarkan yang tertulis dalam rangkaian indikator.
Perlu teman-teman guru ketahui bahwa kegiatan memahami manfaat tersebut sebagai upaya menumbuhkan atau meningkatkan motivasi siswa agar siswa merasa butuh terhadap kemampuan mendengarkan yang tertulis dalam kompetensi dasar dan  merasa butuh terhadap kegiatan mendengarkan yang tertulis dalam rangkaian indikator. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Depdiknas (2002a:1) yang menyatakan, bahwa ”Dalam pembelajaran siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Dengan begitu mereka akan memposisikan dirinya sebagai siswa yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari sesuatu yang  bermanfaat bagi dirinya.”
Selain itu  De Porter (2000:26) menjelaskan pendapat yang sama yaitu  “Sebelum kita melakukan segalanya dalam hidup ini, baik secara sadar atau tidak kita akan bertanya pada diri sendiri, apa manfaatnya bagiku. Segala sesuatu yang akan kita  kerjakan harus menjanjikan manfaat bagi diri sendiri atau kita tidak termotivasi untuk mengerjakannya.” Kedua pendapat di atas menyatakan bahwa siswa perlu mengetahui apa manfaat mempelajari materi itu sebelum pembelajaran dimulai. Teman-teman guru yang berbahagia mengapa hal itu harus dilakukan? Hal itu dilakukan oleh kita  agar siswa mau menempatkan dirinya sebagai seseorang yang membutuhkan bekal hidup dan meningkatkan motivasi siswa.  “Siswa perlu memahami manfaat belajar dan bagaimana cara memperoleh/ mempelajari menjadi lebih penting  karena dapat digunakan untuk mempelajari pengetahuan baru atau  sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat,” (Depdiknas,2003b:41).  Oleh karena itu, Depdiknas (2002a:5) menjelaskan bahwa “memahami bagaimana cara mempelajari atau cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya menjadi lebih penting dibandingkan dengan  pengetahuan.  Guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran.” Dengan demikian siswa akan menyadari bahwa cara mempelajari atau cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan  dapat digunakan untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan  baru dan bekal belajar sepanjang hayat, (Smith, 2001 .dalam Depdiknas, 2003c:13). 

b.        Pembelajaran Tahap Inti
Teman-teman guru yang berbahagia di atas telah dijelaskan bahwa indikator merupakan urutan kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat untuk mencapai kompetensi dasar. Urutan kegiatan berbahasa tersebut merupakan urutan pembelajaran tahap inti. Dalam tahapan tersebut siswa melakukan kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat untuk mencapai kompetensi dasar. Sebab, “Pembelajaran merupakan pemberian peluang sebesar-besarnya  kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar yang sebanyak-banyaknya.siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya,” (Depdiknas (2002c:32).
Kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat merupakan kegiatan evaluasi proses atau evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk evaluasi tersebut memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam  menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau  mengekspresikan prestasi seperti yang  ditemuinya dalam dunia nyata yang antara lain di tempat kerja,” (Hymes,1991 dalam Depdiknas 2003c:25) Selain itu, kegiatan tersebut merupakan pemberian kesempatan dan kebebasan berkreasi untuk mengembangkan dan mengoptimalkan pola pikir dan  daya imajinasi siswa, (Depdiknas, 2002c:4) atau mengembangkan dan mengoptimalkan kecakapan berpikir rasional atau berpikir akademik.
Melalui evaluasi proses tersebut, maka prinsip pembelajaran tuntas dapat terwujud. Mengapa demikian teman-teman guru? Sebab ketika siswa sedang  melakukan kegiatan berbahasa sebagaimana yang yang tertulis pada indikator dan yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat untuk mencapai kompetensi dasar, teman-teman guru mengunjungi setiap kelompok atau setiap individu siswa untuk melakukan hal-hal berikut. Pertama dapat memberikan bantuan seperlunya pada kelompok atau siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan diberikan seperlunya saja, dengan tujuan agar  kelompok atau siswa tersebut mampu mencapai skor sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian, maka prinsip pembelajaran tuntas dapat tercapai yaitu setiap kelompok atau siswa mampu mencapai skor sesuai dengan KKM. Kedua, memberikan motivasi pada kelompok atau siswa yang mampu mencapai skor sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan atau menugasi mereka untuk membantu kelompok atau siswa yang membutuhkan bantuan. Ini bererti bahwa teman-teman guru telah melakukan pembelajaran teman sebaya. Ketiga, teman-teman guru dapat melihat langsung proses pembelajaran yang sedang dilakukan oleh siswa dan hasil belajar yang telah dicapainya. Hal ini sangat penting untuk menentukan pembelajaran tahap berikutnya. Penjelasan tersebut merupakan penerapan dari teori yang berbunyi sebagai berikut. Depdiknas (2002a: 19) menjelaskan, “Pembelajaran yang benar, memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada  sebanyak mungkin informasi  yang diperoleh pada akhir pembelajaran,” Penilaian proses dilakukan  untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat tentang apa yang telah  diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa serta  untuk  menjelaskan manfaatnya  dalam konteks kehidupan nyata.

c.         Pembelajaran Tahap Penutup
Pada kegiatan penutup teman-teman guru harus memberikan tugas kepada  setiap kelompok atau individu untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru dimilikinya  dalam kehidupan nyata. Setiap kelompok atau individu ditugasi untuk melakukan kembali apa yang tertulis pada rangkaian indikator.  Tugas tersebut merupakan realisasi dari konsep model pembelajaran kontekstual yang dijelaskan dalam Depdiknas, (2003c:8) yaitu konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari oleh siswa dengan pengalaman siswa dan mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, teman-teman guru harus menanyakan pada siswa tentang kebenaran manfaat memelajari kompetensi dasar dan manfaat melakukan kegiatan berbahasa yang tetulis pada indikator sebagai tindakan refleksi. Kegiatan pembelajaran ditutup oleh guru dengan mengucapkan terima kasih dan wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh sesuai dengan penjelasan Depdiknas  (2003b:20) bahwa guru harus  membiasakan siswanya untuk meningkatkan kesadaran diri sebagai hamba Tuhan diharapkan mendorong yang bersangkutan untuk beribadah sesuai dengan tuntunan agama yang dianut, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, dan amanah terhadap kepercayaan yang dipegangnya.

5.    Penentuan Sumber dan Media Pembelajaran
Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.” Uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik tersebut  di dalamnya terdapat materi pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi yang harus dikuasai oleh siswa melalui pembelajaran. Materi tersebut sudah tertulis dalam kompetensi dasar dan indikator.
Selanjutnya, materi pembelajaran tersebut dikembangkan oleh guru menjadi bahan ajar. Bila kompetensi dasar yang ingin dicapai berbunyi, “Mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telepon dan mencatat isi pesan,” maka bahan ajarnya adalah teks pesan untuk diperdengarkan. Teks tersebut dapat disusun sendiri oleh guru. Ketika guru menyusun teks yang akan diperdengarkan sebagai bahan ajar, maka guru harus menjadikan keunggulan daerah atau pengalaman siswa sebagai topik bahan ajar tersebut. Misal topiknya tentang pertandingan sepak bola. Maka kompetensi dasarnya adalah “Mendengarkan pesan tentang pertandingan sepak bola lewat tatap muka atau telepon dan mencatat isi pesan,”
Dalam kompetensi dasar tersebut sudah terdapat sumber belajar yaitu pengalaman siswa. Mengapa pengalaman siswa? Kita sudah memaklumi bahwa pesan tentang pertandingan sepak bola sudah menjadi pengalaman siswa. Maksudnya, bahwa pesan tentang pertandingan sepak bola sudah pernah bahkan sering didengar oleh siswa. Sedangkan, teks pengumuman tentang pertandingan sepak bola tersebut  adalah media pembelajaran. 
Tetapi sebaliknya, apabila bahan ajar itu diambil dari kegiatan berbahasa yang nyata terjadi dalam masyarakat, misalnya kompetensi dasar,  ”Mendengarkan pembacaan berita di televisi atau radio,” maka sumber belajarnya adalah berita di televisi atau radio. Sedangkan, televisi atau radio adalah media pembelajarannya. Jadi untuk menentukan sumber belajar dan media pembelajaran sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. 

6.    Penilaian Hasil Belajar
Permendiknas, nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian menjelaskan bahwa penilaian pendidikan adalah  proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar   peserta didik. 
            Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran  untuk mengetahui  kemajuan belajar siswa dan kelancaran proses pembelajaran Guru dapat dengan segera mengetahui siswa  yang mengalami kemacetan belajar dan memberikan bantuan agar siswa yang bersangkutan dapat  mengatasinya. Karena itulah, penilaian proses merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Depdiknas (2002a: 19) menjelaskan, “Pembelajaran yang benar, memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada  sebanyak mungkin informasi  yang diperoleh pada akhir pembelajaran,”
Penilaian proses dilakukan  untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat tentang apa yang telah  diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa serta  untuk  menjelaskan manfaatnya  dalam konteks kehidupan nyata. Hymes (1991) dalam Depdiknas (2003c:25) menjelaskan, “Penilaian proses memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan/memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahu- annya dengan cara mensimulasikan situasi di dalam dunia nyata, seperti tempat kerja.” Sehubungan dengan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa penilaian proses lebih menekankan pada  apa yang dapat dilakukan oleh siswa (keterampilan) dan manfaatnya dalam dunia kerja daripada pengetahuan.
Pernyataan di atas  sejalan dengan pendapat Taylor dalam Moesa (1982:97) yang menyatakan, bahwa “Pengetahuan merupakan alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan. Sebab pendidikan bukanlah kumpulan pengatahuan, melainkan rangkaian sikap, perasaan, persepsi, pandangan, dan kemampuan berpikir secara bebas dan jelas.”  Selanjutnya dijelaskan, bahwa  “Siswa tidak akan memiliki pengetahuan, jika tidak secara aktif mengambil bagian dalam proses pembelajaran untuk pendapatkan pengetahuan tersebut. Cara memperoleh pengetahuan lebih penting dari pengetahuan itu sendiri.”
Penilaian proses lebih menekankan pada  apa yang dapat dilakukan oleh siswa (keterampilan) dan manfaatnya dalam dunia kerja daripada pengetahuan. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Depdiknas, (2003b:13) menjelaskan bahwa “Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.” Dalam penjelasan tersebut dinyatakan  bahwa indikator dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar.
Dengan kata lain, bahwa untuk menilai atau mengukur ketercapaian hasil belajar adalah indikator. Ini berarti bahwa alat tes yang dibuat olah guru harus relevan dengan indikator dan dilaksanakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar selama proses pembelajaran. Oleh karen itu, alat tesnya harus relevan dengan atau mengukur indikator.
Berikut ini, dikutipkan kompetensi dasar dan  indikator di atas sebagai cara  bagi guru untuk menyusun alat tes sebagai berikut.
Kompetensi Dasar
Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk membuat tape.
Indikator
1)    Mencatat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar.
2)    Menuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat.
3)    Menyampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain.        
Alat tes yang dibuat guru untuk mengukur ketercapaian indikator adalah sebagai berkut.
1)    Catat pokok-pokok petunjuk membuat tape sesuai dengan yang didengar.
2)    Tuliskan isi petunjuk  membuat tape ke dalam beberapa kalimat.
3)    Sampaikan isi petunjuk membuat tape dengan tepat kepada orang lain.

7.    Rancangan Tindak Lanjut
Rancangan tindak lanjut merupakan kelanjutan dari refleksi. Wardani (2002: 2.24) menjelaskan,”Refleksi adalah proses berpikir  ke belakang yang  dilakukan oleh  siswa dengan  menggunakan proses berpikir analisis-sintesis atau deduktif-induktif,” Depdiknas (2002a:18) menjelaskan, ”Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.” Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikemukakan bahwa refleksi adalah proses berpikir analisis-sintesis atau deduktif-induktif terhadap apa yang baru dipelajari dan dilakukan  atau respon siswa terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterimanya.
Dalam pembelajaran siswa telah melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang bermakna untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap sesuai dengan indikator yang dicapainya.  Pada akhir pembelajaran siswa ditugasi untuk memberikan respon dengan cara berpikir ke belakang, baik secara analisis-sintesis atau deduktif-induktif tentang (1) apa manfaat dan seberapa banyak indikator yang dapat dicapainya dan yang gagal dicapai (2) mencari sebab-sebab kegagalan pencapaian indikator serta bagaimana solusi untuk mengatasinya serta (3) kapan dan di mana indikator-indikator yang telah dilakukan oleh siswa tersebut  dapat diterapkan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Hasil refleksi  siswa tersebut   berupa kesan, pesan, atau saran yang harus  ditanggapi, dicatat, dan dijadikan dasar oleh guru   untuk melakukan peningkatan dan perbaikan hasil belajar serta untuk memperbaiki  perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang bersangkutan dan menyusun perencanaan pelaksanaan  pembelajaran berikutnya.


BAB IV
RANGKUMAN

Anak yang lahir dengan normal dilengkapi dengan kemampuan mendengarkan. yang akan berkembang  dan meningkat melalui proses belajar. Proses belajar yang dilaluinya itu akan menjadikan yang bersangkutan memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif.
Berdasarkan beberapa penelitian (Burhan, Tompkins dan Hoskisson, Goleman) dapat disimpulkan bahwa waktu yang digunakan untuk mendengarkan lebih banyak   dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbicara, membaca, dan menulis.                      
Kemampuan mendengarkan yang baik dalam berbagai kehidupan nyata memiliki peranan yang sangat penting baik di lapangan pekerjaan maupun di bidang pendidikan.  Kemampuan mendengarkan yang efektif sangat membantu dalam membangun hubungan dan karir; memahami dan memecahkan masalah/konflik; mengembangkan akal dan rasa percaya diri; serta menyelamatkan uang dan pernikahan. Pelajar atau mahasiswa yang tidak pandai mendengarkan pelajaran/kuliah yang diberikan guru/dosennya akan mendapat kesukaran dalam mengikuti pelajarannya itu, bahkan besar sekali  kemungkinannya  gagal bagi mereka
Berdasarkan hasil temuan pengamatan terhadap proses pembelajaran  di sekolah kompetensi dasar kemampuan mendengarkan sering dilupakan untuk dibelajarkan kepada siswanya dengan beberapa alasan:  (1) kompetensi dasar mendengarkan  tidak diteskan baik pada ulangan harian, ulangan umum, atau ujian nasional, (2) pelaksanaan pembelajaran mendengarkan tidak menarik dan membosankan siswa, (3) pembuatan bahan ajar mendengarkan membutuhkan alat perekam, sedangkan  alat tersebut belum tentu dimiliki oleh setiap sekolah (4),  guru bahasa Indonesia belum terlatih  atau belum terbiasa membuat bahan ajar yang berupa rekaman.
Proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh guru di kelas lebih banyak ditekankan pada pengetahuan berupa informasi, konsep, atau teori tentang konsep mendengarkan bukan menuntut siswa untuk meningkatkan kemampuan mendengarkannya. Kondisi nyata pembelajaran di sekolah terdapat kesenjangan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar.
Oleh karena  itu, guru perlu dibekali tentang konsep mendengarkan dan konsep pembelajaran mendengarkan, serta rancangan pembelajaran mendengarkan agar guru memiliki konsep pembelajaran sesuai dengan tuntutan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Sistem Pendidikan Nasional dan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir deduktif dan induktif serta memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya pada masa kini dan yang akan datang.    
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya  Berdasarkan pengertian  tersebut ada   tiga tahapan proses mendengarkan, yaitu (1) tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. (2)    tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya, dan (3) tahap mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
            Menurut  Tarigan     tujuan mendengarkan  adalah untuk: (1)memperoleh informasi yang ada hubungan  dengan profesi (2) meningkatkan keefektifan berkomunikasi.  (3)   mengumpulkan data untuk  membuat keputusan. (4) memberikan respon yang tepat, (4) memperoleh pengetahuan secara langsung atau melalui radio/ televisi.(5) menikmati keindahan audio yang diperdengarkan atau dipagelarkan.(6) mengevaluasi hasil dengaran, dan (7) mengapresiasi bahan dengaran agar dapat menikmati serta    menghargainya.

            Tujuan mendengarkan di sekolah dasar menurut standar isi terimplisit dalam  Standar Kompetensi yaitu untuk memahami (1) penjelasan tentang petunjuk denah (2) pengumuman dan  berita  (3) penjelasan narasumber dan cerita rakyat  secara lisan (4) cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak, (5) teks dan cerita anak, pantun, yang dibacakan,(6) wacana lisan tentang  dan drama pendek 

            Ada dua jenis mendengarkan menurut Tarigan, yaitu (1) mendengarkan ekstensif,  yang terdiri dari   mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasif. dan (2) mendengarkan intensif. Sedangkan tahapan-tahapan mendengarkan menurut Tarigan adalah mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Selanjutnya, keberhasilan mendengarkan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, dan yang lainnya.
Kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan adalah kompetensi berkomunikasi menerima informasi yang harus dikuasai oleh siswa.melalui proses  pemahiran mendengarkan yang dilatihkan dan dialami. Oleh karena itu,  konsep pembelajaran mendengarkan harus disusun sebagai berikut: (1) konsep pembelajaran mendengarkan  yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat, (2)  konsep pembelajaran mendengarkan harus memberikan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari dan dunia kerja yang  terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari, (3) konsep pembelajaran mendengarkan haruslah dilakukan secara berkelompok, (4) konsep pembelajaran mendengarkan harus disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Pembelajaran mendengarkan memiliki karakteristik yaitu  pembelajaran bahasa lisan yang bersifat  menerima informasi/ pembelajaran berbahasa pasif yang  meliputi mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
            Agar pembelajaran mendengarkan bermakna bagi siswa, maka guru dalam  pemilihan dan penyusunan pembelajaran mendengarkan harus didasarkan pada kriteria berikut:
6.      Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi terbaru atau informasi yang up to date  yang berbeda dengan informasi-informasi yang telah dipelajarinya.
7.      Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi yang berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa.
8.      Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah setaraf dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
9.      Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi dunia nyata siswa atau pengalaman nyata siswa.
10.  Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut guru menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajarannya. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mendengarkan adalah metode penemuan atau inquiri.
            Dalam menentuan  media pembelajaran mendengarkan hendaknya selalu dikaitkan dengan kompetensi dasar. Media yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran mendengarkan dapat berupa pembacaan langsung oleh guru atau siswa atau melalui media baik media cetak atau media elektronik. 
            Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dialami oleh siswa dan dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Untuk mengukur keberhasilan mendengarkan  diperlukan alat penilaian. Alat penilaian yang digunakan harus didasarkan pada kriteria penilaian tertentu. Adapun kriteria yang dapat digunakan dalam mendengarkan adalah  (1) alat penilaian harus merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat. (2) Alat penilaian harus mengukur indikator
Kompetensi dasar merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi lisan (menyimak dan berbicara) dan berkomunikasi tertulis (membaca dan menulis). Kompetensi ini harus dimiliki dan dikembangkan secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kompetensi dasar adalah kompetensi berkomunikasi yang harus dikuasai oleh siswa melalui kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Kompetensi berkomunikasi dapat dicapai oleh siswa melalui proses pembelajaran secara bertahap.  Tahapan-tahapan pembelajaran tersebut merupakan serangkaian indikator. Indikator merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Artinya, bila siswa mampu melakukan yang tertulis dalam indikator, maka siswa tersebut dinyatakan telah mampu mencapai kompetensi dasar tersebut.
Kompetensi dasar harus dijabarkan pada beberapa urutan indikator. Contoh penjabaran kompetensi  dasar ke dalam urutan indikator, misalnya: kelas IV: KD: Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk dapat dijabarkan menjadi (1) Mencatat isi petunjuk sesuai dengan yang didengar; (2). Menjelaskan kembali isi petunjuk (untuk meyakinkan bahwa yang dicatat siswa itu benar sesuai dengan yang didengar).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik suatu daerah hakikatnya adalah cara mencari nafkah yang dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut dan  merupakan pengalaman hidup siswa yang dapat dicapai dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kompetensi dasar dan indikator.
Uraian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi secara spesifik tersebut  di dalamnya terdapat materi pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi yang harus dikuasai oleh siswa melalui pembelajaran. Materi tersebut sudah tertulis dalam kompetensi dasar dan indikator yang kemudian  dikembangkan oleh guru menjadi bahan ajar.  Bahan ajar ini disampaikan melalui kegiatan pembelajaran yang disebut teknik pembelajaran.  Rangkaian dari teknik pembelajaran tersebut merupakan metode. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mendengarkan   adalah metode penemuan atau inkuiri.
Langkah-langkah pembelajaran mendengarkan  meliputi (1) pembelajaran tahap pendahuluan, (2) tahap inti, dan (3)  tahap penutup. Pada tahap pendahuluan kegiatannya antara lain: menumbuhkan dan meningkatkan  motivasi siswa misalnya dengan  memahami kompetensi dasar  dan indikator,  menemukan sendiri manfaat memiliki kemampuan mendengarkan  yang tertulis dalam rangkaian indikator. Tahap inti merupakan urutan kegiatan berbahasa sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat untuk mencapai kompetensi dasar, selain itu kegiatan evaluasi proses atau evaluasi formatif  juga dapat  dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Terakhir, pada kegiatan penutup dapat memberikan tugas  kelompok atau individu untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru dimilikinya  dalam kehidupan nyata, serta  mengucapkan terima kasih dan salam untuk  membiasakan siswanya untuk meningkatkan kesadaran diri sebagai hamba Tuhan.
Materi pembelajaran  dikembangkan oleh guru menjadi bahan ajar. Dalam penyusunan bahan ajar, guru harus menjadikan keunggulan daerah atau pengalaman siswa sebagai topik bahan ajar.  Ada pun penentuan sumber dan media pembelajaran sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. 
Salah satu alat untuk mengukur keberhasilan suatu proses yaitu  penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran  untuk mengetahui  kemajuan belajar siswa dan kelancaran proses pembelajaran. Penilaian autentik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan  untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat tentang apa yang telah  diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa serta  untuk  menjelaskan manfaatnya  dalam konteks kehidupan nyata. Penilaian autentik merupakan istilah untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode penilaian alternatif adalah kombinasi dari beberapa teknik penilaian yang meliputi penilaian kinerja, observasi sistematik, dan  portofolio. 






BAB V 
PENILAIAN

Masyarakat suatu daerah dalam mencari nafkahnya melalui berdagang makanan. Mereka membeli sayur mayur dari para petani dari luar daerahnya. Di sana ada seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah dasar. Dia akan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mendengarkan di kelas VI. Ketika itu, dia menentukan kompetesi dasar dari Standar Isi kemudian menjabarkannya menjadi indikator-indikator sebagai berikut.
Kompetensi Dasar:
Mendengarkan cerita rakyat
Indikator:
  1. Mendaftar nama-nama tokoh dan menuliskan (secara singkat) watak tokoh cerita rakyat
  2. Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
  3. Menuliskan latar cerita rakyat
  4. Menuliskan tanggapan terhadap isi cerita rakyat.

Tugas-tugas:
  1. Susunlah kompetensi dasar dan indikator di atas dengan mengintegrasikan keunggulan daerah yang relevan sehingga menjadi kompetensi dasar dan indicator kurikulum sekolah yang bersangkutan atau KTSP dan berikan alasannya.
  2. Tentukan materi pembelajarannya.
  3. Tentukan metode pembelajaran yang relevan dengan indicator -indicator di atas.
  4. Tuliskan langkah-langkah pembelajarannya.
  5. Tentukan sumber  dan media pembelajarannya
  6. Tuliskan alat penilaiannya.
  7. Jelaskan rancangan tindak lanjutnya. 

Skor Penilaian
Apabila tugas nomor 2, 3, 5, 6, dan 7 dijawab dengan benar duberikan skor maksimal 10. Skor KKM yang dicapai 8.
Apabila tugas nomor 1 dijawab dengan benar duberikan skor maksimal 30. Skor KKM yang dicapai 24.
Apabila tugas nomor 4 dijawab dengan benar duberikan skor maksimal 20. Skor KKM yang dicapai 16.

Kunci Jawaban

1.     Kompetensi Dasar
      Mendengarkan cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
       Sebab, sekolah tersebut berada disekitar masyarakat pedagang.
      Indikator
1)    Mendaftar nama-nama tokoh dan menuliskan (secara singkat) watak tokoh cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
2)    Menceritakan kembali cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
3)    Menuliskan latar cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
4)    Menuliskan tanggapan terhadap isi cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.


2.     Materi Pembelajarannya adalah....
a.    Nama-nama tokoh dan karakter tokoh-tokohnya
b.    Isi cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
c.    Latar cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
d.    Tanggapan terhadap isi cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.

3. Metode Pembelajaran yang relevan adalah….
     Metode inkuri, siswa ditugsi untuk menemukan sendiri sesuatu yang
     tertulis pada indikator.

4.  Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a.         Kegiatan Pendahuluan
       Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang:
1)    Kompetensi dasar yang akan dicapai
2)    Indikator-indikator yang akan dikerjakan
3)    Manfaat memiliki kemampuan mendengarkan cerita rakyat dan mendiskusikannya
4)    Membentuk kelompok
5)    Menyiapkan tempat duduk setiap kelompok 

b.  Kegiatan Inti
1)    Siswa dalam kelompok ditugasi untuk memahami tugas-tugas yang telah diterimanya sebagai berikut.
a.    Tuliskan nama-nama tokoh dan jelaskan secara singkat watak tokoh cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
b.    Tuliskan kembali isi cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
c.    Tuliskan latar cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
d.    Tuliskan tanggapan terhadap isi cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang. 
2)    Siswa mendengarkan pembacaan cerita rakyat  tiga kali berturut.
3)    Siswa ditugasi mengerjakan tugas-tugas di atas.
4)    Guru berkeliling melakukan penilaian proses dengan cara mengunjungi setiap kelompok untuk melihat ketercapaian hasil belajar setiap kelomok, membantu kelompok yang membutuhkannya, dan memberikan motivasi terhadap kelompok yang diprediksi telah mencapai KKM.
5)    Setiap kelompok ditugasi melaporkan satu nomor hasil kerjanya di depan kelas dan ditanggapi serta dinilai oleh kelompok lain.

c.    Kegiatan Penutup
1. Setiap individu ditugasi untuk;  
a)    mencari cerita rakyat lainnya yang ada di lingkungannya.
b)    mengerjakan kembali rangkaian indikator. 
c)    merefleksi manfaat kompetensi dasar
d)    merefleksi manfaat cerita rakyat lainnya yang ada di lingkungannya.
  1. Guru mengucapkan terima kasih lalu memberikan salam sebagai tanda     berakhirnya pembelajaran
  2. Sumber dan media pembelajaran
a. Sumber pembelajaran
1)    Buku-buku cerita rakyat
2)    Anggota masyarakat yang memiliki cerita rakyat sekitar
       b.   Media pembelajaran
1)  Alat ucap guru dan atau siswa
2)  Tape rekorder

6.  Alat penilaian
a.    Tuliskan nama-nama tokoh dan jelaskan secara singkat watak tokoh cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
b.    Tuliskan kembali isi cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
c.    Tuliskan latar cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang.
d.    Tuliskan tanggapan terhadap isi cerita rakyat cerita rakyat dengan tokoh utama seorang pedagang. 

 7.  Rancangan tindak lanjut
a.    Menganalisis butir soal untuk mencari soal yang sulit, sedang, dan mudah
b.    Mencari sebab-sebab kesulitan siswa dalam menjawab soal yang sulit
c.    Mencari solusi untuk mengatasi kesulitan siswa
d.    Melakukan remedial berdasarkan solusi di atas
e.    Memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan solusi tersebut
f.     Menugasi siswa untuk mencari cerita rakyat yang lain dari masyarakat
g.    Menugasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas di atas.





DAFTAR  PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Panduan Penyusunan KTSP   
       Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Burhan.Y. (1971). Problema Bahasa dan  Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Ganeca

Departemen Pendidikan Nasional. (2002a). Pendekatan Kontekstual. Depdiknas: Direktorat PLP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002b). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur

Departemen Pendidikan Nasional. (2002c). Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Puskur.

Deporter, B dan Henarchi, M. (2000). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003a). Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. Depdiknas: Dikmenjur

Departemen Pendidikan Nasional. (2003b). Standar kompetensi Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003c). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Pembelajaran dan pengajaran Kontekstual. Depdiknas: Direktorat PLP

Tarigan. (1981). Mendengarkan sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.   
       Angkasa: Bandung.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moesa, M. (1982). Gagasan Baru dalam Pendidikan. Jakarta: Mutiara. Permendiknas. No.22. tentang Standar Isi. Jakarta: Diknas.
Permendiknas, nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian: Jakarta: Diknas.

Wardani. (2002) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT.
Lampiran

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kompetensi Dasar
Mendengarkan pengumuman hari libur kenaikan kelas

Indikator
1.    Menuliskan pokok-pokok pengumuman hari libur kenaikan kelas  yang didengar
2.    Menjelaskan ciri-ciri bahasa pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar
3.    Menuliskan isi pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar dalam bentuk kalimat

Materi Pembelajaran
Pengumuman hari libur kenaikan kelas

Bahan Ajar
Teks Pengumuman

Metode Pembelajaran
Metode inkuiri

Langkah-langkah Pembelajaran

d.    Kegiatan Pendahuluan
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang:
1)    Kompetensi dasar yang akan dicapai
2)    Indikator-indikator yang akan dikerjakan
3)    Manfaat memiliki kemampuan mendengarkan pengumuman dan mendiskusikannya
4)    Membentuk kelompok
5)    Menyiapkan tempat duduk setiap kelompok

e.    Kegiatan Inti
1.    Siswa dalam kelompok ditugasi untuk memahami tugas-tugas yang telah diterimanya sebagai berikut.
a.    Tuliskan pokok-pokok pengumuman hari libur kenaikan kelas  yang didengar
b.    Jelaskan ciri-ciri bahasa pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar
c.    Tuliskan isi pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar dalam bentuk kalimat
2.    Siswa mendengarkan pembacaan pengumuman tiga kali berturut.
3.    Siswa ditugasi mengerjakan tugas-tugas di atas.
4.    Guru berkeliling melakukan penilaian proses dengan cara mengunjungi setiap kelompok untuk melihat ketercapaian hasil belajar setiap kelomok, membantu kelompok yang membutuhkannya, dan memberikan motivasi terhadap kelompok yang diprediksi telah mencapai KKM.
5.    Setiap kelompok ditugasi melaporkan satu nomor hasil kerjanya di depan kelas dan ditanggapi serta dinilai oleh kelompok lain.

f.     Kegiatan Penutup
1. Setiap individu ditugasi untuk;  
e)    mencari pengumuman yang ada di lingkungannya.
f)     mengerjakan kembali rangkaian indikator. 
g)    merefleksi manfaat kompetensi dasar
h)   merefleksi manfaat kegiatan berbahasa yang tetulis pada indikator.
2. Guru mengucapkan terima kasih lalu memberikan salam sebagai tanda berakhirnya pembelajaran.

Penilaian

a.     Prosedur
            Penilaian formatif dilaksanakan secara lisan dan tertulis selama proses 
            pembelajaran berlangsung.

b.     Alat Penilaian
1.    Tuliskan pokok-pokok pengumuman hari libur kenaikan kelas  yang didengar
2.    Jelaskan ciri-ciri bahasa pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar
3.    Tuliskan isi pengumuman hari libur kenaikan kelas yang didengar dalam bentuk kalimat

c.     Pedoman Penilaian
Skor maksimal ditetapkan 100
KKM yang ingin dicapai 80% atau skor 80 dengan rincian sebagai berikut.
1.    Soal nomor 1 bila dijawab dengan benar dan lengkap seluruh pokok pengumuman ada diberi skor 50. KKM yang dicapai 40.
2.    Soal nomor 2 bila dijawab dengan benar dan lengkap ciri-ciri bahasa pengumuman diberi skor 20. KKM yang dicapai 16
3.    Soal nomor 3 bila dijawab dengan benar dan lengkap isi pengumuman diberi skor 30. KKM yang dicapai 24.







DAFTAR  PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Panduan Penyusunan KTSP   
       Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Burhan.Y. (1971). Problema Bahasa dan  Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Ganeca

Departemen Pendidikan Nasional. (2002a). Pendekatan Kontekstual. Depdiknas: Direktorat PLP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002b). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur

Departemen Pendidikan Nasional. (2002c). Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Puskur.

Deporter, B dan Henarchi, M. (2000). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003a). Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup. Depdiknas: Dikmenjur

Departemen Pendidikan Nasional. (2003b). Standar kompetensi Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003c). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Pembelajaran dan pengajaran Kontekstual. Depdiknas: Direktorat PLP

Tarigan. (1981). Mendengarkan sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.   
       Angkasa: Bandung.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moesa, M. (1982). Gagasan Baru dalam Pendidikan. Jakarta: Mutiara. Permendiknas. No.22. tentang Standar Isi. Jakarta: Diknas.
Permendiknas, nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian: Jakarta: Diknas.

Wardani. (2002) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT.